ALASAN MUNCULNYA SOAL HOTS
Domarai.com - Bagi dunia pendidikan beberapa tahun terkahir soal HOTS menjadi bahan pembicaraan. Bahkan bagi beberapa orang masih belum tau apa itu HOTS. Sebenarnya apa sih HOTS itu? dan alasan kenapa bisa muncul HOTS? simak penjelasan berikut !
APA SIH HOTS ITU?
Istilah HOTS merupakan suatu konsep pendidikan untuk tingkatan berfikir yang didasarkan pada taksonomi bloom. Teorema bloom muncul berdasakan pemikiran dari seorang psikolog pendidikan Amerika yang bernama Benjamin Samuel Bloom. Bloom meluncurkan buku Taxonomy of Education Objectives (Taksonomi Tujuan Pendidikan) pada tahun 1956 yang menjelaskan bahwa pendidikan memiliki tiga tujuan utama yaitu Kognitif (Pengetahuan), Afektif (Sikap),dan Psikomotor (Keterampilan).
Pada teorinya teorema bloom mengkategorikan kemampuan berfikir menjadi enam bagian dimulai dari c1,c2,c3,c4,5,c6. Kategori c1,c2,dan c3 temasuk dalam LOTS yang merupakan singkatan dari Lower Order Thinking Skill. Sedangkan c4,c5,c6 termasuk dalam kategori HOTS. HOTS adalah singkatan dari High Order Thinking Skills yang memiliki pengertian kemampuan berfikir tingkat tinggi.
Istilah HOTS tentunya membentuk soal yang berbeda dengan soal pada umumnya karena hal ini siswa dituntut berfikir lebih banyak. Soal ini akan merangsang kemampuan berfikir peserta didik tidak hanya recall (mengingat), restate (menyatakan kembali), dan recite atau (merujuk tanpa melakukan pengolahan), namun juga mampu berfikir kritis dan kreatif.
Baca juga : Cara menyusun soal HOTS yang baik
Baca juga : Cara menyusun soal HOTS yang baik
ALASAN ASESMEN DI INDONESIA DIARAHKAN KE HOTS
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi pada abad 21 terus berkembang pesat. Setidaknya terdapat tiga hal yang menyebabkan pemerintah mengarahkan asesmen diarahakan pada kemampuan berfikir tingkat, cara membuat soal HOTS didasarkan pada pertanyaan berikut ini.
Pertama, Kualitas Karakter
Bagaimana menghadapi lingkungan yang terus berubah ?
Bagaimana menghadapi lingkungan yang terus berubah ?
Lingkungan yang dinamis tentunya tidak akan pernah memberikan dampak yang sama terhadap peserta didik. lingkungan yang dimaksud seperti iman dan taqwa yang fluktuaif, rasa ingin tahu yang berbeda, inisiatif yang terus menurun, kegigihan, kemampuan beradaptasi, serta kepemimpinan kesadaran sosial dan budaya. Tentunya lingkungan tersebut akan terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu sehingga perlu untuk menyiapkan peserta didik mengadapi lingkungan yang dinamis.
Kedua, Kompetensi
Bagaimana mengatasi tantangan yang kompleks?
Bagaimana mengatasi tantangan yang kompleks?
Setiap peserta didik bahkan masyarakat umumnya dimanapun akan selalu menghadapi suatu tantangan, baik dalam dunia kerja, maupun hal lainnya dalam kehidupannya. Tantangan yang sering dihadapi tentu membutuhkan kemampuan berfikir kritis atau memecahkan masalah yang terampil. Hal lain juga seperti kreativitas, kemampuan berkomunikasi serta kemampuan berkolaborasi dengan orang lain sangat dibutuhkan di era yang sekarang ini. Bahkan istilah raja hutan dalam kehidupan manusia akan semakin tampak, siapa yang kuat maka dia yang berkuasa.
Ketiga, Literasi Dasar
Bagaimana menerapkan keterampilan inti untuk kegiatan sehari-hari?
Bagaimana menerapkan keterampilan inti untuk kegiatan sehari-hari?
Setelah mengetahui bahwa akan menghadapi lingkungan yang dinamis serta tantangan yang kompleks, lalu bagaimana cara menerapkan kemampuan yang telah dimiliki terhadap kegiatan sehari-hari sesuai atau dengan kegiatan profesinya. Hal itu seperti Baca tulis, berhitung, literasi sains, literasi informasi, teknologi dan komunikasi, literasi keuangan, literasi budaya dan kewarganegaraan. Seluruh aspek diatas tidak dengan mudah dilakukan jika tidak memiliki kemampuan.
Selain ketiga alasan diatas juga adanya kekawatiran berdasarkan data Survey yang dilakukan PISA 2015 menyimpulkan mayoritas siswa yang berusia 15 tahun belum memiliki literasi dasar yaitu membaca, matematika dan sains. Siswa saat dilepas dalam dunia kerja tidak akan membiliki daya saing jika tidak terus dilatih seperti membuat perbandingan, membuat penilaian data, berpikir kritis, membuat kesimpulan, memecahkan masalah dan menetapkan pengetahuan mereka pada konteks kehidupan nyata. (Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar)
Selain ketiga alasan diatas juga adanya kekawatiran berdasarkan data Survey yang dilakukan PISA 2015 menyimpulkan mayoritas siswa yang berusia 15 tahun belum memiliki literasi dasar yaitu membaca, matematika dan sains. Siswa saat dilepas dalam dunia kerja tidak akan membiliki daya saing jika tidak terus dilatih seperti membuat perbandingan, membuat penilaian data, berpikir kritis, membuat kesimpulan, memecahkan masalah dan menetapkan pengetahuan mereka pada konteks kehidupan nyata. (Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar)
Soal yang masuk dalam kategori sulit belum tentu termasuk kategori soal HOTS. Soal yang tergolong sulit DAN melibatkan proses bernalar seperti mencari arti dari konteks atau stimulus, baru dapat disebut soal HOTS.